1.
Pendahuluan
Toilet merupakan salah
satu fasilitas yang selalu dipergunakan oleh masyarakat. Toilet yang bersih,
sehat, dan wangi merupakn toilet dambaan disemua kalangan masyarakat. Tidak terkecuali
pada masyarakat sekolah.
Toilet dapat dikatakan sebagai
sarana kebersihan dan kesehatan pada lingkungan sekolah, karena salah satu
indikator bersih dan sehatnya sebuah sekolah, biasanya dilihat dari bersih
tidaknya toilet yang dimiliki. Toilet dikatakan
sebagai sarana kesehatan karena sebagai tempat membuang hajat atau kotoran yang
ada dalam perut kita. Sampah yang ada dalam perut jika tidak segera dibuang
dengan segera, maka akan menjadi sumber penyakit, dan gangguan kesehatan.
Terlebih saat musim hujan, dimana kondisi sangat dingin, sehingga kebutuhan
siswa untuk buang air kecil menjadi lebih tinggi.
Akan tetapi, realita
yang tampak, kebersihan toilet di sekolah
jauh dari kata layak. Tembok-tembok yang
penuh coretan, wadah penampung air yang kecil bahkan sering kali bocor, dan bau
yang sangat menyengat merupakan bukti dambaan toilet yang sehat di lingkungan
sekolah jauh dari harapan.
Berdasarkan pemaparan
tersebut, maka tentunya akan muncul pertanyaan-pertanyaan klasik, seperti: apa
penyebab toilet sekolah jauh dari kata sehat?, bagaimana standar toilet bisa
dikatakan sehat? dan yang terakhir tentunya bagaimana mengatasi permasalahan
toilet sekolah yang jauh dari kata sehat?. Ketiga pertaanyaan tersebut pasti
selalu muncul dibenak kita, sehingga hal tersebut harus menjadi perhatian yang
serius mengingat toilet merupakan fasilitas kesehatan yang dapat mencerminkan
baik atau tidaknya menejemen sekolah tersebut. Karya tulis yang berjudul “ Absensi Toilet
Sekolah ” ini akan mencoba menjawab semua pertannyaan tersebut dan mencoba
memberikan sebuah solusi yang sederhana, sehingga dapat diterapkan di sekolah
manapun dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga
kebersihan toilet di sekolah.
2.
Pembahasan
a. Toilet sekolah kok bisa jorok?
Seperti yang telah
dipaparkan di atas bahwa masalah yang sering dihadapi oleh tolilet sekolah
sehingga jauh dari kesan sehat dan bersih adalah: 1. Tembok toilet yang penuh
dengan coretan, baik itu dengan spidol, cat, dan tape x; 2. Kondisi wadah
penampungan air yang terkadang bocor dan kepala kran yang sering tidak ditutup
kembali setelah digunakan sehingga memungkinkan terjadinya pemborosan air; dan 3.
toilet sekolah yang mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
Ketiga permasalah
tersebut adalah permasalahan yang sering ditemukan di toilet sekolah. Permasalahan
tersebut bukanlah tanpa sebab, tentunya
secara garis besar hal tersebut timbul karena kurangnya kesadaran warga
sekolah terutama para siswa terhadap kebersihan toilet itu sendiri.
Permasalahan tembok
toilet penuh dengan coretan, wadah penampungan air yang bocor dan kepala kran
yang sering tidak ditutup kembali setelah digunakan tentunya disebabkan oleh
tangan-tangan siswa yang terlalu “kreatif”. Sedangkan aroma yang tidak sedap
ini disebabkan oleh sebagian besar siswa seringkali tidak membersihkan setelah
membuang hajatnya.
b.
Standar toilet
dikatan sehat
Menurut Kementerian
Perkerjaan Umum (PU) standar toilet yang sehat adalah harus memiliki syarat
sebagai berikut:
b.1
Persyaratan Ruang :
Ø Ruang untuk buang air besar (WC)
Panjang
= 80-90 cm, Luas = 150-160 cm,
Tinggi = 220-240 cm.
Ø Ruang untuk buang air kecil (Urinoir)
Luas = 70-80 cm, Tinggi = 40-45 cm
b.2
Sirkulasi Udara :
Mempunyai kelembaban 40 - 50 %, dengan taraf pergantian udara yang
baik yaitu mencapai angka 15 air-change
per jam (dengan suhu normal toilet 20-27 derajat celcius)
b.3 Pencahayaan :
Sistem pencahayaan toilet umum dapat menggunakan pencahayaan alami
dan pencahayaan buatan. Iluminasi standar 100 - 200 lux.
b.4 Konstruksi
Bangunan :
Ø Lantai, kemiringan minimum lantai 1 % dari panjang atau lebar
lantai.
Ø Dinding, ubin keramik yang dipasang sebagai pelapis dinding, gysum
tahan air atau bata dengan lapisan tahan air.
Ø Langit-langit, terbuat dari lembaran yang cukup kaku dan rangka
yang kuat sehingga memudahkan perawatan dan tidak kotor.
Selain itu, Kementerian
Kesehatan juga menambahkan ada tujuh syarat toilet dikatakan sebagai tolilet
sehat, yaitu:
1.
Tidak mencemari air
Untuk mengupayakan agar pembuatan
toilet tidak mencemarkan air, maka
langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
Ø Saat
menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
Ø Jarak lubang
kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter.
Ø Letak lubang
kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran
tidak merembes dan mencemari sumur.
Ø Tidak
membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut.
- Tidak
mencemari tanah permukaan
Untuk menghindari pencemaran tanah permukaan jamban
yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
3. Bebas dari
serangga
Jamban yang sehat adalah jamban yang
terhindar dari serangga. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan agar
jamban terbebas dari seranggga adalah sebagai berikut:
Ø Jika
menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal
ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah.
Ø Ruangan
dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.
Ø Lantai
jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya.
Ø Lantai
jamban harus selalu bersih dan kering.
Ø Lubang
jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
4. Tidak
menimbulkan bau dan nyaman digunakan
Untuk menghilangkan bau ada beberapa
hal yang harus diperhatikan:
Ø Jika
menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan.
Ø Jika
menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh
air.
Ø Lubang
buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran.
Ø Lantai
jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik
5. Aman
digunakan oleh pemakainya
Pada tanah yang mudah longsor, perlu
ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan bata atau selongsong
anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat.
6. Mudah
dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
Untuk menghindari hal ini, langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Lantai
jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran.
Ø Jangan
membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran.
Ø Jangan mengalirkan
air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh.
Ø Hindarkan
cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4
inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100
7. Tidak
menimbulkan pandangan yang kurang sopan
c.
Absensi Toilet
Sekolah
Setiap
masalah pasti memiliki solusi. Absensi Toilet Sekolah merupakan strategi
sederhana yang penulis tawarkan untuk mengatasi permasalahan joroknya toilet di
lingkungan sekolah. Penerapannya pun cukup sederhana, yaitu dengan cara
membuatkan daftar hadir atau absen siswa ketika menggunakan fasilitas toilet,
dengan perkataaan sederhana setiap siswa yang menggunakan toilet sekolah harus
mengisi daftar hadir yang telah disediakan. Cara ini tentunya bertujuan untuk
mengontrol siswa secara intensif dalam memanfatkan fasilitas tolilet sekolah.
Sehingga jika siswa yang telah memanfaatkan tolilet tersebut melakukan tindakan
yang dapat membuat toilet sekolah menjadi kotor, dapat langsung
mempertanggungjawabkannya.
Pengontrol
Absensi Toilet Sekolah ini dijadwalkan oleh pengurus osis dan berkerja sama
dengan guru piket. Kerja sama ini bertujuan agar petugas yang menjadi
pengontrol ATS tersebut tetap berjalan
dengan lancar. Jika jam pelajaran sedang berjalan maka yang menjadi pengontrol
ATS adalah guru piket dan ketika jam
istirahat, maka yang menjadi pengontrol ATS adalah anggota Osis yang
ditugaskan. Dengan demikian, permasalahan yang biasanya melekat pada toilet
sekolah bisa diatasi, baik itu berupa pemborosan air, tidak membersihkan
setelah membuang hajat, dan mencoret tembok.
3. Simpulan dan
Saran
Permasalahan
yang sering dihadapi oleh sekolah terhadap toilet pada dasarnya disebabkan oleh
kurangnya pengontrolan guru terhadap siswa ketika menggunakan toilet tersebut.
Absensi Toilet Sekolah (ATS) merupakan strategi sederhana untuk mengontrol
siswa dalam penggunaan fasilitas toilet.
Sebagai siswa
seharusnya kita menjaga semua fasilitas yang terdapat di sekolah. Bertanggung jawab
penuh terhadap fasilitas yang digunakan. Mari menjadi siswa yang bertanggung jawab.