
Kebiasaan mengirim
kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine.
Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada
perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada
istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya
dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book
Encyclopedia, 1998).
Lalu bagaimana dengan
ucapan “Be My Valentine?” Ken Sweiger dalam artikel “Should Biblical Christians Observe It?” (www.korrnet.org)
mengatakan kata “Valentine” berasal dari Latin yang berarti : “Yang Maha
Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod
dan Lupercus, tuhan orang Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger-
jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti melakukan
perbuatan yang dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi “Sang Maha Kuasa”) dan
menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut Syirik, artinya menyekutukan Allah
Subhannahu wa Ta'ala. Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi bersayap
dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan
Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan
ibunya sendiri!
Saudaraku, itulah sejarah Valentine’s
Day yang sebenarnya, yang seluruhnya tidak lain bersumber dari paganisme orang
musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan pada pastor. Bahkan tak ada
kaitannya dengan “kasih sayang”, lalu kenapa kita masih juga menyambut Hari
Valentine? Adakah ia merupakan hari yang istimewa? Adat? Atau hanya ikut-ikutan
semata tanpa tahu asal muasalnya?. Bila demikian, sangat disayangkan banyak
teman-teman kita -remaja putra-putri Islam- yang terkena penyakit ikut-ikutan
mengekor budaya Barat dan acara ritual agama lain. Padahal Allah Subhannahu wa
Ta'ala berfirman: “Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya” (Al Isra' :
36).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar