MENULIS BUKAN BAKAT TAPI LATIHAN
Selama ini kegiatan menulis kerap
kali dianggap sebagi kegiatan yang “menakutkan”. Tidak jarang dari siswa bahkan
guru selalu menghindari kegiatan tersebut. Hal ini disebabkan karena rasa malas
yang selalu melekat pada diri siswa dan guru. Sealain itu, adanya anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan bakat
yang dibawa sejak lahir, sehingga baik siswa maupun guru menjadi pesimis
terhadap kemampuannya sendiri.
Konsep dasar yang telah dipaparkan
di atas harus dari dini diterapkan pada
siswa bahkan guru, sehingga paradigma salah yang berkempang selama ini dapat
terhapus. Konsep dasar menulis ini akan samakin ideal jika siswa dan guru continiu
dalam melatih kemampuannya, dan hindari perdebatan pikiran “baik atau tidak”
tulisan yang telah kita buat, terus saja menulis. Sehingga tercipta sebuah
tulisan, dan hal terakhir yang dilakukan adalah menyunting hasil tulisan
tersebut.
Akan tetapi, seperti yang telah dipaparkan di atas kendala yang
kerap kali dihadapi oleh para penulis tidak ketercuali siswa dan guru adalah rasa malas. Rasa malas yang timbul, jika
tidak dilawan tentunya akan menghilangkan konsep-konsep kerangka tulisan yang
telah terpikirkan. Sehingga hal tersebut akan membuat siswa atau guru kesulitan
untuk memulai menulis.
Berdasarkan pengeksposisian di atas,
solusi yang ditawarkan pada kondisi semacam itu adalah tanamkan konsep “Menulis
Bukan Bakat tapi Latihan”. Dengan menanamkan konsep tersebut diharapakan dapat
menumbuhkan kembali semangat menulis pada diri siswa maupun guru. Selain itu,
dengan menanamkan konsep di atas diyakini dapat menumbuhkan semangat dalam
menulis, karena pada konsep tersebut terdapat penjelasan secara implinsit bahwa
untuk menjadi penulis handal harus selalu berlatih, bukan hanya berpangku dalam
kemalasan.
Konsep “ Menulis bukan bakat tapi
latihan” ini sudah diterapkan di SMP Negeri 1 Pemenang khususnya pada siswa,
dan hasil yang diperlihatkan sungguh menakjubkan. Ini terbukti adanya beberapa
siswa yang mengikuti lomba karya tulis tingkat kabupaten dan provinsi mendapat
juara bahkan ada salah seorang siswa yang mewakili NTB sebagai Duta Sanitasi
tingkat Nasional. Selain itu, hal positif dari penerapan konsep tersebut adalah
aktifnya kembali Mading (Majalah Dinding) di SMPN 1 Pemenang. Dalam
pengaplikasiannya hal pertama yang dilakukan adalah menanamkan pada diri siswa
bahwa kegiatan menulis itu sangat mudah dan mengasikkan. Untuk mendukung hal
tersebut, berilah penghargaan kepada setiap siswa yang berhasil membuat sebuah
tulisan, misalnya menempel tulisan tersebut di Mading, unggah ke blog sekolah,
atau memberikan sebuah piagam penghargaan. Sehingga siswa merasa tulisannya
mendapat perhatian lebih dari pihak sekolah, dan tentunya hal tersebut akan
membuat siswa yang bersangkutan semakin semangat dalam menulis.
Selain menamkan bahwa kegiatan
menulis itu mudah dan mengasikkan, hal yang perlu dilakukan terhadap siswa agar
tetap mengasah kemampuanya dalam menulis adalah selalu memberikan tugas kepada
siswa untuk membuat artikel dengan tema yang bervariasi sesuai dengan
momen-nomen tertentu misalnya, seperti hari pahlawan, bulan bahasa, hari anak
sedunia, hari guru dan lain sebagainya. Sehingga konsep “ Menulis bukan bakat
tapi latihan” dapat teraplikasi dengan baik.
Jadi dengan penerapan konsep tersebut kemampuan siswa dalam menulis
dapat terasah dengan baik, sebab latihan merupan basis dari konsep ini.
Teruslah berlatih dalam menulis karena hasil tergantung usaha, hasil yang baik
tentunya dengan usaha yang baik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar